picture was taken at Dedaunan Cafe, Kebun Raya Bogor

Sabtu, 09 Februari 2008

diary 050208

Diary 050208 :
‘1st day at Klinik Memori RSHS’
Ditulis pada 5 Februari 2008 Pkl. 23:59:59

Aslm...
Hari ini benar-benar menjadi hari yang tidak biasa buat saya, bisa dibilang spesial atau istimewa-lah. Dimulai dari saya bangun pagi pada pukul 06:00 yang lalu saya segera melakukan ritual pagi termasuk mandi, akan tetapi kali ini saya tambahkan dengan cukur janggut ekstra bersih dan licin. Dan pemilihan pakaianpun tidak kalah menor (menoooooooor....hehehe), saya memakai kemeja terbaik saya hari ini yang berwarna biru tua dengan celana pantalon hitam dan sepatu pantofel hitam. Saya siap bertempur menghadapi hari yang panjang ini (yang ternyata terasa lebih panjang dari yang diduga...).
Hari ini merupakan hari pertama saya bekerja di Klinik Memori RSHS (hatur nuhun sa-ageung-ageungna to Mia Marissa). Saat pertama kali memasuki RSHS tersebut saya mengalami perasaan yang bercampur-aduk, antara saya senang karena baru pertama kali saya bekerja di sebuah institusi (saya merasa seperti seorang anak yang sedang diajarkan trik sulap baru..hehe) dan sedikit kekhawatiran juga yang diakibatkan dari ke-baru-an saya di dunia ini dan juga lorong Rumah Sakit yang belibet serta beberapa hal lainnya seperti umur gedung yang (terlihat) cukup tua (yang kita tidak tahu rahasia apa saja yang mungkin disimpannya). Dan ada lagi yang membuat saya sedikit minder di hari ini, yaitu tanpa disangka tanpa dinyana saya melakukan tindak kriminal, yaitu sebagai Hospital Fashion Criminal :( . Saya dengan Pedenya datang dengan baju favorit saya dan ternyata menyadari bahwa bila kita bekerja di rumah sakit dan kita tidak memakai jas dokter (saya seharusnya pakai namun belum ada) maka sebaiknya memakai kemeja yang berwarna cerah (tetapi bila memakai jas dokter, cenderung dapat bebas memakai warna gelap). Saya melihat ke sekeliling saya dan terlihat hanya saya yang memakai warna gelap di situ, benar-benar salting jadinya hehehehehehe. Mau menyembuhkan orang malah serasa berkabung hahahahaha... Laaanjuuuuut...
Saya membuat janji untuk bertemu dengan Sisy (senior saya) di kantin karena saya belum mengetahui letak ruang Klinik Memori. Setelah bertemu Sisy, dengan sedikit was-was saya mengikuti ajakannya ke Klinik Memori. Dia membawa saya ke sebuah ruangan yang dindingnya berwarna putih. Ruangan ini tidak terlalu besar namun cukup untuk meletakkan meja bundar berwarna hijau dengan lima kursi dan file cabinet (dan juga masih tersisa bagian kosong yang cukup lega). Walaupun ada keluhan mengenai ruangan seperti silling yang bolong di bagian tertentu, namun secara keseluruhan ruangan itu terasa cukup nyaman terutama didukung oleh sebuah alat yang ‘cukup’ saya puja selama ini yang dapat memberikan kesan tersendiri pada sebuah ruangan, yaitu Air Conditioner. Hmmmmmmm...sejuuuuuuuk.. hehehehe....
Setelah saya selesai mengamati ruangan tersebut saya meletakkan tas bawaan saya dan jaket saya di lantai ruangan lalu saya duduk di salah satu kursi. Sisy menjelaskan kepada saya perihal filing (pendokumentasian) administrasi alat tes di situ. Semua file ditaruh di sebuah file cabinet yang memiliki empat laci yang cukup besar. Setelah itu pelajaran dimulai. Jeng jeng jeng.... Sisy mengeluarkan alat tesnya, yang btw sangat terkenal karena banyaknya subtes, dan meletakkannya di meja di depan saya. Dia menaruh beberapa macam buku tebal yang berfungsi sebagai alat bantu, manual, dan panduan skoring tes tersebut. Brrruuukkk.... Waaaaooooow..... dalam hati saya terpukau (dengan agak menjerit melengking hehe). Lalu dengan cekatannya Sisy langsung mulai menjelaskan dari subtes pertama sampai yang terakhir. Subtesnya terdiri dari sekitar 20 subtes dengan alat bantu yang bermacam-macam. Saya merasa sangat tertantang. Saya memperhatikan Sisy dengan seksama seraya ia menjelaskan tes tersebut. Saya sangat kagum dengan Sisy, karena ia begitu paham akan tes tersebut, lalu di tengah penjelasan saya memotong dengan bertanya “sudah berapa lama Sisy kerja di sini?” lalu dia menjawab “sejakAgustus 2006” yah panteslah ya. Hehehehe.
Waktu terus berjalan. Sisy terus menjelaskan. Saya terus bingung. Hehe. Nggak kok, memang harus saya akui mempelajari tes ini dalam satu pagi memang cukup menjadi pengalaman yang tidak mudah dilupakan. Dari masih segar sampai sedikit eneg sampai segar lagi (karena mungkin sedikit ketiduran kali ya hahaha) sampe muntah-muntah karena mabok alat tes (yang ini boong kok..lebayy dech), tapi itu semua terasa menyenangkan bagi saya J. Setelah alat tes tersebut selesai kami pelajari saya sedikit lega, namun ternyata kelegaan saya tidak berlangsung lama karena Sisy mengeluarkan sebuah alat tes lagi yang ternyata harus saya pelajari juga hohohohohohoho...dueeenk. Alhasil....Laaaanjuuuuuuut tancep Mang.... pelajaran dilanjutkan huehehehehe. Sisy langsung kembali menjelaskan dan saya kembali konsentrasi. Alat tes yang satu ini tidak terlalu sulit jadi saya diangap dapat mempelajarinya dengan cukup cepat dan mudah.
Setelah kami selesai mempelajari alat tes, kami lalu menghabiskan waktu dengan mengobrol, karena pada hari itu tidak ada pasien yang harus di tes hanya ada yang datang untuk konsultasi dengan dr. Anam. Lalu sambil menunggu dokter datang, kamipun mengobrol. Terkadang Sisy menawarkan saya untuk di tes memorinya dengan alat tes, namun saya menolak dengan halus takut alih-alih jadi tester malah dijadikan pasien hehehe. Khan bwahayyya jadinya..
Sisy mulai menceritakan tentang pasien-pasien yang pernah dia tangani sebelumnya. Tentang kesulitan dan keunikan dari pasien demensia. Ada seorang pasien yang bekerja sebagai penulis, dia pernah datang ke ruangan dan berkata “dokternya udah dateng blom? Kalo blom dateng saya mau pulang dulu. Banyak yang harus saya lakukan. Saya ini khan penulis.” Hahahaha memang unik ya setiap manusia itu. Membuat saya semakin bergairah untuk berprofesi sebagai psikolog.
Setelah ditunggu dengan cukup lama dan mati gaya (dari duduk, berdiri, jalan-jalan di ruangan, sampe nonggeng hehe) Akhirnya Datang Juga!!!!, bapak Dokter yang ditunggu oleh semua orang. Memang Pak dokter yang satu ini tergolong kaliber dan dicari oleh semua pihak baik perorangan maupun rumah sakit. Dokter Anam pernah mengajar saya untuk mata kuliah Neurologi beberapa tahun yang lalu, semua mahasiswanya menikmati caranya mengajar karena beliau orang yang sabar dan dapat menjelaskan materi dengan baik (minimal membuat para mahasiswanya mengerti). Lalu saya berkenalan dengan beliau dan dia meminta saya untuk duduk untuk memperhatikan beliau mengkonsul pasien. Melihatnya mengkonsul pasien semakin memperkuat rasa salut dan hormat saya terhadapnya. Dia dapat menghadapi pasien demensia dengan sangat sabar dan dapat menjelaskan sesuatu ke pasien tersebut sampai dia mengerti. Dan yang terlebih lagi dia selalu memperhatikan kondisi lain dari pasien tersebut, seperti kondisi ekonomi. Pasien yang hari ini datang merupakan pindahan dari RS lain. Dari RS sebelumnya dia diberi obat yang cukup mahal yang tampaknya menguntungkan bagi rumah sakit tersebut karena mendapat persenan dari distributor obat. Hal ini memang biasa dan lumrah untuk terjadi. Namun setelah dokter Anam melihat resep yang diberikan dokter sebelumnya, dia bertanya dengan gaya bicaranya yang khas “you gak ada problem ekonomi bila harus beli obat ini? Ini mahal lho.” Lalu suami dari pasien menjawab bahwa tidak apa agak mahal tetapi cepat sembuh. “Sekarang gini”, dokter melanjutkan, “sekarang you bisa beli obat ini, I prediksi akan menghabiskan 4-5 juta dalam 4 bulan, setelah itu apakah you bisa terus melakukan pengeluaran seperti itu ?, karena ini jangka panjang.” suami pasien pun tertegun, lalu dokter melanjutkan “nih, I beri medicine yang lebih murah dengan kualitas yang sama dan saya beri yang generik juga buat yang lain. You tau ini bisa menghemat ratusan ribu. Biar lebih murah you jangan beli di apotik, I kasih no HP distributor langsung obatnya, beli ke dia saja, lebih murah, ya”. Lalu sang suami pun berterima kasih banyak kepada Dokter Anam. Saya hanya bisa terkagum-kagum dari seberang meja senyum-senyum gak jelas (untung dokter gak lagi meratiin, bisa-bisa langsung di transfer ke klinik psikiatri hehehe). Untuk sesaat perasaan saya menjadi sangat tenang berada di ruangan tersebut, menyadari bahwa ada orang yang sebaik dan seberdedikasi itu dalam dunia profesional. Saya yakin Dokter Anam bukanlah satu-satunya orang yang seperti itu, namun saya senang sekali dapat menemukan orang seperti itu dan bekerja untuknya. Semoga saya dapat menjadi seseorang yang memiliki kapabilitas seperti itu.
Setelah pasien pulang, kami bertiga (Saya, Sisy, dan dokter) mengobrol sedikit sambil dokter Anam berkenalan sedikit dengan Saya. Setelah dokter merasa cukup lalu diapun pergi dan Saya pun membantu Sisy membereskan ruangan untuk siap-siap pulang. Lalu saya berpisah dengan Sisy sambil mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas pelajaran hari ini. Dengan hati yang cukup ringan Saya berjalan ke tempat parkir sepeda motor dan melihat jam menunjukkan pukul 12:00. Setengah hari yang terasa sangat penuh dan bermakna bagi Saya. Dan dengan kebanggaan tersendiri saya menelpon Ibu saya untuk melaporkan hari kerja pertama saya. Setelah itu saya menelpon sahabat saya, Rizky (yang ternyata baru bangun tidur..gileeeeee), untuk mengajaknya makan siang bersama.
Dengan keluarnya motor saya dari tempat parkir, maka berakhir pula hari kerja pertama saya di Klinik Memori RSHS. Dengan perasaan ringan dan excited saya menelusuri jalan dengan Vario merah tercinta menjauh dari RSHS sambil memupuk harapan akan masa depan yang gemilang (tentunya dengan ekspresi senyum-senyum gak jelas). :)

p.s.: untuk jangka pendek, selesein skrepseh dulu kaleeeeeeee..... buruuuu. :)

Tidak ada komentar: