picture was taken at Dedaunan Cafe, Kebun Raya Bogor

Kamis, 28 Februari 2008

anyway

DO GOOD ANYWAY

Selasa, 26 Februari 2008

what can i say...

what can i say...

saya menyadari, memang kadang yang terlihat sebagai sahabat,
ternyata hanya lintah yang mengisap darah kita
dan pergi begitu saja ketika sudah kenyang...
meninggalkan kita kekurangan darah..

tapi yang lebih menyakitkan lagi...
saya juga seorang sahabat....
dan sahabat seharusnya harus saling mendukung...
walaupun sahabat kita pergi begitu saja...

janji tinggallah janji...
ditutupi kebodohan hati dan perasaan...

Tuhan...
tolong kuatkan diriku....
dan berikan yang terbaik untuk sahabatku/lintahku...


Rabu, 20 Februari 2008

REBORN

Terlahirlah aku kembali....

meluncurlah aku kembali...
ke alam dunia ini.....

menjadi insan yang lebih baik...

berjalan mengayun di atas bumi ini dengan indahnya...
bagai kupu-kupu yang baru saja keluar dari kepompongnya...

saya berharap,
kupu-kupu ini akan memiliki hati bagai cahaya...
menerangi seluruh alam semesta di sekitarnya....

tak akan redup lagi....

bagai cahaya suci abadi...


dedicated to: all my family and my best friends

Selasa, 19 Februari 2008

Hatiku......

(ditulis pada 20 Februari 2008 Pkl. 08:55)

Denyutnya semakin terasa...

Denyut yang menandakan pembunuhan akan sebuah perasaan suci yang tidak berdosa. Yang telah kukhianati....


Maafkan aku, hatiku. Aku telah menorehkan pisau sangat dalam kepadamu...

Ampuni aku, hatiku.....

Aku tak berdaya, hatiku... bukannya aku menginginkan kehancuranmu..

Maafkan aku...


Aku telah membayar semua kesalahanku, hatiku....

Maukah engkau sembuh, hatiku?...

Aku sudah cukup tersiksa....


Apakah yang kau inginkan, hatiku...

Jangan kau berharap cinta tulus itu akan bersemi kembali dalam hidup kita....


Arrggghhhh....

Mengapa kau menusukku kembali, hatiku.....

Hentikanlah.....

Sakit sekali....

Aku sampai tidak dapat bernafas sesaat, hatiku...

Kukira aku tidak akan kembali ke kesadaran.....


Maafkan aku, hatiku.....

Terimalah permohonan maafku yang tulus ini...


Aaarrrrggggghhhhhh.....

Jangan lagi.........

Ampun, hatiku.....

Ampuni aku.....

Ampun.......

Sabtu, 09 Februari 2008

diary 080208

Diary 080208 :
‘1st day of the year of rat (my year)’
Ditulis pada 8 Februari 2008 Pkl. 23:59:59

Aslm,
Wuuiiih hari ini... benar-benar dweeech...
Saya sudah bangun dari jam empat pagi lalu melakukan kegiatan rutin untuk bersiap pergi pada jam lima. Hari ini saya memiliki janji dengan Ibu Dewi Kusumo Wardhani (guru pembina KPA 3 dan SSR 3) di SMAN 3 pada pukul 06:30. Saya tidak paham mengenai denah SMA 3, jadi saya boyonglah sang alumni, yaitu ‘rizal.affif(at)yahoo.com’ hehehehe...
Sebelum ke SMAN 3, saya menjemput Rizal terlebih dahulu ke rumahnya. Dalam shubuh yang gelap dan dingin saya menelusuri perjalanan Bandung-Jatinangor. Hari ini tampak lumayan sepi dikarenakan banyak kantor dan sekolah yang meliburkan diri karena mencanangkan hari ini sebagai hari ‘kejepit’ nasional. Karena jalan yang lumayan sepi ini saya dapat mencapai rumah Rizal dengan cukup cepat. Setelah itu berangkatlah kami menuju SMAN 3 Bandung.
Sesampainya di SMAN 3, kami langsung berjalan menuju ruang guru dan lumayan kaget karena tidak tampak kehadiran Bu Dewi di dalamnya. Lalu kamipun sepakat untuk duduk di lorong kelas (agak sedikit jauh dari ruang guru). Setelah itu saya mencoba untuk menelpon Bu Dewi sampai berkali-kali namun beliau tidak mengangkatnya. Saya mencoba sms tidak dibalasnya. Saya mulai khawatir padahal sekarang sudah lewat setengah jam dari waktu yang dijanjikan. Ternyata setelah beberapa lama, ada seseorang berjalan keluar dari ruang guru melewati lorong kelas tempat kami sedang duduk dan Rizal sedikit berteriak kepada saya mengatakan “tuh bu Dewi!!”, lalu kami pun menghampiri beliau dan memperkenalkan diri (kalau Rizal dan Bu Dewi si udah saling kenal banget cie ciieee...hehehehe). Bu Dewi lalu berkata, “lho kok kalian gak nyamperin ke ruang guru? Saya sudah menunggu dari tadi.” Duuueeeennkk!!! Lalu saya menjawab, “ iya, tadi saya sudah ke ruang guru tapi Bu Dewi blum datang, lalu saya telpon ibu tapi tidak diangkat (sambil senyum-senyum gak jelas...biasa lah).”, lalu Bu Dewi menjawab, “oooooh HP ibu di silent jadi ibu gak denger...” DUUUEEEEENNKKK!!!!!! Lalu sayapun mengalihkan pembicaraan ke hal yang lebih bermakna, yaitu mewawancarai beliau untuk data awal skripsi saya, seperti yang menjadi tujuan utama saya. Saya dan Bu Dewi pun berbincang asik dengan mesranya, sambil cubit-cubitan (boong deng.. hehe.. maaph ya Bu Dewi..). Setelah saya mendapatkan yang diinginkan, saya langsung pamit untuk pergi (dasar ya laki-laki..hehe), karena juga Rizal sudah kelaparan sampe hampir mati rasanya. Lalu kamipun melaju menuju Bubur Mang H. Oyo.. ngeeeeeeeeeeng...................................................
Setelah sampai di Bubur Mang Oyo kamipun langsung memesan dan melahap habis semua yang ada di piring.. hohohohohohoho... lapaaaaaaaaaarrrrrrrr.... setelah itu kami ke Togamas untuk mencari buku “Daniel Goleman’s Working With Emotional Intelligence”, namun tidak ada. Lalu kami ke Gramedia, namun tidak ada pula. Lalu kami Sholat Jumat terlebih dahulu. Setelah itu langsuuuung tancaaaaaap ke PALASARI (surga pembeli buku, bukan bagi pembaca hehehehehe). Kami mengudek-ngudek semua toko yang ada sampe diberantakin, diberesin lagi, ditubalikin, diberdiriin lagi, diguling-guling (duh lebayy yaaaa), pokoknya intinya mah ternyata NGGAK DAPET JUGAAAAAA!!!!!!! Sudahlah nyerah wae... lalu kembalilah kami ke Jatinangor, dimana perjalanannya ternyata akan sangat ‘spesial’.
Di sekitaran Soekarno Hatta (di dekat Gading Regency, tempat kediaman sahabat saya Rizky) saya dan Rizal mengalami sedikit musibah. Motor yang saya kendarai tergelincir pasir yang berserakan di jalan sewaktu berusaha mengerem karena ada angkot yang berhenti tiba-tiba di depan kami sehingga motor terseret, otomatis orang pun ikut ter-’gesrek’ sssrrreeeeeeeeeeeeeeekkkk....... sesadarnya, saya langsung memikirkan satu hal “waaaaa note book nya Ijal gimanaaaa?”, ternyata Rizal sudah bergaya manuver yang bertujuan untuk menyelamatkan note book. Rizal jatuh dengan berusaha telungkup sehingga tas punggungya tidak terbentur. Okeh juga tu Rizal, “Good response!!!!”. Sedangkan kaki saya tertindih motor. Lalu saya merintih berbicara pada Ijal, “Jal, tolong angkat donk.” Lalu Rizal memegang tangan saya dan menarik saya. Lalu saya segera dengan cepat mengatakan “aduh duh... motornya, jal, maksudnya”. Lalu Rizal sedikit tertawa dan mengatakan “ooooh motornya...iya iya” heheheheheh... seberdirinya, kami secara spontan langsung memeriksa luka yang ada di tubuh kami. “Lukanya lumayan juga yaaaaaa”, pikir saya. Lalu saya mampir sebentar ke bengkel untuk menyetel spion motor, setelah itu kamipun melanjutkan perjalanan ke Jatinangor.
Sesampainya di kosan, kami langsung mengobati luka masing-masing. Namun ada bagian luka saya yang dalam penanganannya harus dibantu Rizal karena tempatnya yang sulit dijangkau. Setelah sesi pengobatan tersebut, kami jadi paham bagian mana saja yang mengalami luka. Cukup mengerikan memang melihat dengkul Rizal yang bengkak dan luka gesrekan yang besar pada tangan saya hehehehehe.. lalu kamipun mulai konyol, kami memfoto-foto luka yang ada hahahahaha... ya begitulah... lalu setelah itu Rizal mengerjakan skripsinya sedikit di note book nya dan saya mencoba menyusun kerangka berpikir untuk skripsi saya. Sore harinya Rizal mengeluh lapar lagi, namun kita masi blum makan. Selepas Maghrib, Rizal mulai merasakan perasaan lapar yang mendekati kematian lagi, yaang membuat saya was-was dan segera berberes-beres untuk segera pergi makan sekalian Rizal akan pulang ke Bandung. Kami lalu makan di Madu Mekar, Rizal sate kambing dan saya tongseng kambing.
Seselesainya makan, saya (yang tadinya mau mentraktir sebagai permohonan maaf pada Rizal) baru menyadari bahwa duit saya ketinggalan di kamar kosan... DDUUUUUUEEEEEENKKKKK!!!!!!!!!! Haduuuh... hari iniiiii, hari iniiii...... ya begitulah...
JREEENG!!!! (Ending Music played by Rizky on guitar).

diary 050208

Diary 050208 :
‘1st day at Klinik Memori RSHS’
Ditulis pada 5 Februari 2008 Pkl. 23:59:59

Aslm...
Hari ini benar-benar menjadi hari yang tidak biasa buat saya, bisa dibilang spesial atau istimewa-lah. Dimulai dari saya bangun pagi pada pukul 06:00 yang lalu saya segera melakukan ritual pagi termasuk mandi, akan tetapi kali ini saya tambahkan dengan cukur janggut ekstra bersih dan licin. Dan pemilihan pakaianpun tidak kalah menor (menoooooooor....hehehe), saya memakai kemeja terbaik saya hari ini yang berwarna biru tua dengan celana pantalon hitam dan sepatu pantofel hitam. Saya siap bertempur menghadapi hari yang panjang ini (yang ternyata terasa lebih panjang dari yang diduga...).
Hari ini merupakan hari pertama saya bekerja di Klinik Memori RSHS (hatur nuhun sa-ageung-ageungna to Mia Marissa). Saat pertama kali memasuki RSHS tersebut saya mengalami perasaan yang bercampur-aduk, antara saya senang karena baru pertama kali saya bekerja di sebuah institusi (saya merasa seperti seorang anak yang sedang diajarkan trik sulap baru..hehe) dan sedikit kekhawatiran juga yang diakibatkan dari ke-baru-an saya di dunia ini dan juga lorong Rumah Sakit yang belibet serta beberapa hal lainnya seperti umur gedung yang (terlihat) cukup tua (yang kita tidak tahu rahasia apa saja yang mungkin disimpannya). Dan ada lagi yang membuat saya sedikit minder di hari ini, yaitu tanpa disangka tanpa dinyana saya melakukan tindak kriminal, yaitu sebagai Hospital Fashion Criminal :( . Saya dengan Pedenya datang dengan baju favorit saya dan ternyata menyadari bahwa bila kita bekerja di rumah sakit dan kita tidak memakai jas dokter (saya seharusnya pakai namun belum ada) maka sebaiknya memakai kemeja yang berwarna cerah (tetapi bila memakai jas dokter, cenderung dapat bebas memakai warna gelap). Saya melihat ke sekeliling saya dan terlihat hanya saya yang memakai warna gelap di situ, benar-benar salting jadinya hehehehehehe. Mau menyembuhkan orang malah serasa berkabung hahahahaha... Laaanjuuuuut...
Saya membuat janji untuk bertemu dengan Sisy (senior saya) di kantin karena saya belum mengetahui letak ruang Klinik Memori. Setelah bertemu Sisy, dengan sedikit was-was saya mengikuti ajakannya ke Klinik Memori. Dia membawa saya ke sebuah ruangan yang dindingnya berwarna putih. Ruangan ini tidak terlalu besar namun cukup untuk meletakkan meja bundar berwarna hijau dengan lima kursi dan file cabinet (dan juga masih tersisa bagian kosong yang cukup lega). Walaupun ada keluhan mengenai ruangan seperti silling yang bolong di bagian tertentu, namun secara keseluruhan ruangan itu terasa cukup nyaman terutama didukung oleh sebuah alat yang ‘cukup’ saya puja selama ini yang dapat memberikan kesan tersendiri pada sebuah ruangan, yaitu Air Conditioner. Hmmmmmmm...sejuuuuuuuk.. hehehehe....
Setelah saya selesai mengamati ruangan tersebut saya meletakkan tas bawaan saya dan jaket saya di lantai ruangan lalu saya duduk di salah satu kursi. Sisy menjelaskan kepada saya perihal filing (pendokumentasian) administrasi alat tes di situ. Semua file ditaruh di sebuah file cabinet yang memiliki empat laci yang cukup besar. Setelah itu pelajaran dimulai. Jeng jeng jeng.... Sisy mengeluarkan alat tesnya, yang btw sangat terkenal karena banyaknya subtes, dan meletakkannya di meja di depan saya. Dia menaruh beberapa macam buku tebal yang berfungsi sebagai alat bantu, manual, dan panduan skoring tes tersebut. Brrruuukkk.... Waaaaooooow..... dalam hati saya terpukau (dengan agak menjerit melengking hehe). Lalu dengan cekatannya Sisy langsung mulai menjelaskan dari subtes pertama sampai yang terakhir. Subtesnya terdiri dari sekitar 20 subtes dengan alat bantu yang bermacam-macam. Saya merasa sangat tertantang. Saya memperhatikan Sisy dengan seksama seraya ia menjelaskan tes tersebut. Saya sangat kagum dengan Sisy, karena ia begitu paham akan tes tersebut, lalu di tengah penjelasan saya memotong dengan bertanya “sudah berapa lama Sisy kerja di sini?” lalu dia menjawab “sejakAgustus 2006” yah panteslah ya. Hehehehe.
Waktu terus berjalan. Sisy terus menjelaskan. Saya terus bingung. Hehe. Nggak kok, memang harus saya akui mempelajari tes ini dalam satu pagi memang cukup menjadi pengalaman yang tidak mudah dilupakan. Dari masih segar sampai sedikit eneg sampai segar lagi (karena mungkin sedikit ketiduran kali ya hahaha) sampe muntah-muntah karena mabok alat tes (yang ini boong kok..lebayy dech), tapi itu semua terasa menyenangkan bagi saya J. Setelah alat tes tersebut selesai kami pelajari saya sedikit lega, namun ternyata kelegaan saya tidak berlangsung lama karena Sisy mengeluarkan sebuah alat tes lagi yang ternyata harus saya pelajari juga hohohohohohoho...dueeenk. Alhasil....Laaaanjuuuuuuut tancep Mang.... pelajaran dilanjutkan huehehehehe. Sisy langsung kembali menjelaskan dan saya kembali konsentrasi. Alat tes yang satu ini tidak terlalu sulit jadi saya diangap dapat mempelajarinya dengan cukup cepat dan mudah.
Setelah kami selesai mempelajari alat tes, kami lalu menghabiskan waktu dengan mengobrol, karena pada hari itu tidak ada pasien yang harus di tes hanya ada yang datang untuk konsultasi dengan dr. Anam. Lalu sambil menunggu dokter datang, kamipun mengobrol. Terkadang Sisy menawarkan saya untuk di tes memorinya dengan alat tes, namun saya menolak dengan halus takut alih-alih jadi tester malah dijadikan pasien hehehe. Khan bwahayyya jadinya..
Sisy mulai menceritakan tentang pasien-pasien yang pernah dia tangani sebelumnya. Tentang kesulitan dan keunikan dari pasien demensia. Ada seorang pasien yang bekerja sebagai penulis, dia pernah datang ke ruangan dan berkata “dokternya udah dateng blom? Kalo blom dateng saya mau pulang dulu. Banyak yang harus saya lakukan. Saya ini khan penulis.” Hahahaha memang unik ya setiap manusia itu. Membuat saya semakin bergairah untuk berprofesi sebagai psikolog.
Setelah ditunggu dengan cukup lama dan mati gaya (dari duduk, berdiri, jalan-jalan di ruangan, sampe nonggeng hehe) Akhirnya Datang Juga!!!!, bapak Dokter yang ditunggu oleh semua orang. Memang Pak dokter yang satu ini tergolong kaliber dan dicari oleh semua pihak baik perorangan maupun rumah sakit. Dokter Anam pernah mengajar saya untuk mata kuliah Neurologi beberapa tahun yang lalu, semua mahasiswanya menikmati caranya mengajar karena beliau orang yang sabar dan dapat menjelaskan materi dengan baik (minimal membuat para mahasiswanya mengerti). Lalu saya berkenalan dengan beliau dan dia meminta saya untuk duduk untuk memperhatikan beliau mengkonsul pasien. Melihatnya mengkonsul pasien semakin memperkuat rasa salut dan hormat saya terhadapnya. Dia dapat menghadapi pasien demensia dengan sangat sabar dan dapat menjelaskan sesuatu ke pasien tersebut sampai dia mengerti. Dan yang terlebih lagi dia selalu memperhatikan kondisi lain dari pasien tersebut, seperti kondisi ekonomi. Pasien yang hari ini datang merupakan pindahan dari RS lain. Dari RS sebelumnya dia diberi obat yang cukup mahal yang tampaknya menguntungkan bagi rumah sakit tersebut karena mendapat persenan dari distributor obat. Hal ini memang biasa dan lumrah untuk terjadi. Namun setelah dokter Anam melihat resep yang diberikan dokter sebelumnya, dia bertanya dengan gaya bicaranya yang khas “you gak ada problem ekonomi bila harus beli obat ini? Ini mahal lho.” Lalu suami dari pasien menjawab bahwa tidak apa agak mahal tetapi cepat sembuh. “Sekarang gini”, dokter melanjutkan, “sekarang you bisa beli obat ini, I prediksi akan menghabiskan 4-5 juta dalam 4 bulan, setelah itu apakah you bisa terus melakukan pengeluaran seperti itu ?, karena ini jangka panjang.” suami pasien pun tertegun, lalu dokter melanjutkan “nih, I beri medicine yang lebih murah dengan kualitas yang sama dan saya beri yang generik juga buat yang lain. You tau ini bisa menghemat ratusan ribu. Biar lebih murah you jangan beli di apotik, I kasih no HP distributor langsung obatnya, beli ke dia saja, lebih murah, ya”. Lalu sang suami pun berterima kasih banyak kepada Dokter Anam. Saya hanya bisa terkagum-kagum dari seberang meja senyum-senyum gak jelas (untung dokter gak lagi meratiin, bisa-bisa langsung di transfer ke klinik psikiatri hehehe). Untuk sesaat perasaan saya menjadi sangat tenang berada di ruangan tersebut, menyadari bahwa ada orang yang sebaik dan seberdedikasi itu dalam dunia profesional. Saya yakin Dokter Anam bukanlah satu-satunya orang yang seperti itu, namun saya senang sekali dapat menemukan orang seperti itu dan bekerja untuknya. Semoga saya dapat menjadi seseorang yang memiliki kapabilitas seperti itu.
Setelah pasien pulang, kami bertiga (Saya, Sisy, dan dokter) mengobrol sedikit sambil dokter Anam berkenalan sedikit dengan Saya. Setelah dokter merasa cukup lalu diapun pergi dan Saya pun membantu Sisy membereskan ruangan untuk siap-siap pulang. Lalu saya berpisah dengan Sisy sambil mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas pelajaran hari ini. Dengan hati yang cukup ringan Saya berjalan ke tempat parkir sepeda motor dan melihat jam menunjukkan pukul 12:00. Setengah hari yang terasa sangat penuh dan bermakna bagi Saya. Dan dengan kebanggaan tersendiri saya menelpon Ibu saya untuk melaporkan hari kerja pertama saya. Setelah itu saya menelpon sahabat saya, Rizky (yang ternyata baru bangun tidur..gileeeeee), untuk mengajaknya makan siang bersama.
Dengan keluarnya motor saya dari tempat parkir, maka berakhir pula hari kerja pertama saya di Klinik Memori RSHS. Dengan perasaan ringan dan excited saya menelusuri jalan dengan Vario merah tercinta menjauh dari RSHS sambil memupuk harapan akan masa depan yang gemilang (tentunya dengan ekspresi senyum-senyum gak jelas). :)

p.s.: untuk jangka pendek, selesein skrepseh dulu kaleeeeeeee..... buruuuu. :)

Minggu, 03 Februari 2008

opening nihhh...

hmmm... akhirnya punya jugaaaaaa...
blog Panjita...

yang akan memuat kisah hidup seorang panjita krisna...
siapa juga yang mau baca.. hehehe..

yah mungkin aja ada beberapa hal yang dapat dijadikan suatu pelajaran...hm hm hm...

kalau ada apa-apa tolong dikomentari ya...
thx...